Probolinggo – Dalam upaya mendorong kemandirian dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas, Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Probolinggo menggelar pelatihan pertukangan infrastruktur bangunan melalui Program GESIT (Gerakan Ekonomi Sosial Inklusif Terpadu), pada Selasa hingga Rabu (13–14/5/2025).
Bertempat di Kantor Sekretariat Pertuni Kabupaten Probolinggo, pelatihan ini diikuti oleh 15 peserta dari kalangan disabilitas daksa dan tuli. Mereka dibimbing langsung oleh instruktur dari Bina Konstruksi Nusantara (BKN) Kantor Cabang Probolinggo yang memiliki pengalaman dalam pelatihan konstruksi berbasis kompetensi.
Dalam pelatihan selama dua hari tersebut, peserta diberikan materi teknis seputar keterampilan pertukangan, seperti penataan batu bata, plesterisasi dinding, serta teknik pengecatan. Tak hanya berfokus pada aspek teori, kegiatan ini juga memberikan praktik langsung agar peserta mampu menguasai keterampilan secara menyeluruh dan aplikatif.
Ketua Pelaksana Program GESIT-Pertuni Kabupaten Probolinggo, Arizky Perdana Kusuma, menyampaikan bahwa pelatihan ini tidak sekadar bersifat teknis, tetapi menjadi bagian dari misi besar Pertuni dalam memperjuangkan akses inklusif bagi penyandang disabilitas di sektor pekerjaan.
“Ini mungkin pelatihan pertama yang secara spesifik menyasar keterampilan infrastruktur bangunan untuk kelompok disabilitas. Kami ingin membekali mereka dengan kemampuan nyata agar bisa bersaing di dunia kerja, terutama di sektor bangunan yang selama ini masih eksklusif,” ujar Rizky.
Menurut Rizky, bidang infrastruktur selama ini masih dianggap tertutup bagi penyandang disabilitas karena adanya stereotip dan kurangnya akses pelatihan yang inklusif. Melalui program ini, pihaknya ingin mematahkan anggapan bahwa disabilitas hanya layak sebagai penerima bantuan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa saudara-saudara kita penyandang disabilitas juga punya potensi besar untuk ikut serta dalam pembangunan nasional. Mereka bisa menjadi bagian penting dari tenaga kerja profesional, bukan hanya simbol penerima bantuan,” tegasnya.
Sebagai bentuk peningkatan kapasitas secara berkelanjutan, seluruh peserta akan mengikuti uji kompetensi di akhir pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah terakreditasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikasi ini diharapkan dapat menjadi bekal legal formal dalam memasuki dunia kerja profesional, khususnya di bidang konstruksi.
Rizky berharap pelatihan ini menjadi langkah awal yang menginspirasi banyak pihak, terutama pemerintah dan sektor swasta, untuk membuka lebih banyak peluang kerja bagi penyandang disabilitas.
“Dengan adanya sertifikat kompetensi resmi, para peserta pelatihan ini memiliki legalitas dan kemampuan yang setara dengan pekerja umum lainnya. Harapan kami, ke depan lebih banyak proyek pembangunan, baik pemerintah maupun swasta, yang memberikan ruang bagi mereka,” pungkasnya.
Program GESIT yang digagas oleh Pertuni Kabupaten Probolinggo ini menjadi bukti konkret komitmen organisasi dalam memberdayakan penyandang disabilitas, tak hanya dalam bidang advokasi, tetapi juga di bidang peningkatan keahlian dan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. (Bambang/*)